Ensiklopedi Sejarah Luwu
Rp 420.000
Ukuran: 16,5 x 24 cm
Kertas Isi: Bookpaper bw
Jumlah: 670 hlm
Sampul: Hardcover
ISBN: 979-98372-1-9
Kertas Isi: Bookpaper bw
Jumlah: 670 hlm
Sampul: Hardcover
ISBN: 979-98372-1-9
Buku ini berisi ratusan entri tentang berbagai peristiwa sejarah dan profil tokoh/pejuang di Tana Luwu (Kabupaten Luwu, Luwu Utara, Luwu Timur dan Kota Palopo).
Ensiklopedi Sejarah Luwu ini merupakan Ensiklopedi pertama dan satu-satunya di Tana Luwu hingga saat ini. Buku ini disusun dalam bentuk ensiklopedi dengan tujuan memudahkan penelusuran jejak sejarah dengan sajian yang padat dan lugas tidak sekaku bentuk buku pada umumnya --tentu tanpa mengurangi penghargaan terhadap rumitnya penyusunan buku sejarah pada umumnya.
Buku ini telah berusaha memenuhi pengertian dasar tentang ensiklopedi sebagai karya yang menghimpun dan menyajikan berbagai data, baik yang tertulis maupun lisan tentang sejarah Luwu yang disusun secara sistemtis menurut abjad dengan memuat lebih dari 600 entri.
Meskipun demikian, buku ini tidak terlepas dari kelemahan manusia pada umumnya, dimana masih terdapat kalimat-kalimat yang tidak menggunakan tanda baca sebagaimana mestinya, yang terkadang mampu mengaburkan makna yang tersimpan di balik sebuah informasi.
Hal ini mungkin perlu dimaklumi, karena dengan keterbatasan waktu (penyusunan hanya berjalan sekitar 6 bulan), sementara begitu bertumpuk data yang mesti dihimpun dan ditata kembali, menjadi tantangan tersendiri.
Ensiklopedi ini selain memuat sejarah Luwu mulai dari diturunkannya Batara Guru hingga peristiwa kecil seperti pembuatan jalan poros Makassar-Palopo, juga memuat bioadata --baik singkat maupun panjang-- tokoh-tokoh Luwu (juga daerah-daerah yang masih menjadi bagian distrik Luwu dahulu) tanpa melihat apakah tokoh tersebut adalah pejuang, pengkhianat, dan selainnya. Sebab menjadi pejuang ataupun pengkhianat, atau papaun namanya, hanyalah persoalan nilai.
Sejarah yang sejati tak akan membuat demarkasi antara dua kenyataan hidup kontras, akan tetapi lebih dari itu, persoalan sejarah adalah persoalan pergulatan niali itu sendiri. Sehingga tak heran, jika satu kurun waktu tertentu misalnya, seorang Kahar Muzakkar menjadi pemberontak, tetapi di waktu yang lain, ia begitu dielu-elukan sebagai pahlawan yang berani menentang tirani yang berkedok nasionalisme.
Akhirnya, kita mungkin masih ingat, seorang filsuf dunia, Epicurus pernah menyatakan bahwa Historia Magistra Vitae (Sejarah adalah Guru kehidupan) dan kepada dewan pambaca sekalianlah, buku ini mendapatkan tempat sebagai jejak langkah tertinggal namun tak terlupakan.
Selamat Membaca!
****
Pengantar Penyusun
Ikatlah ilmu dengan menuliskannya. (Imam Ali bin Abi Thalib,r.a)
Alhamdulillah, puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan segala karunia-Nya, sehingga buku Ensiklopedi Sejarah Luwu ini dapat terbit dan kini ada di tangan pembaca. Berbagai suka duka telah menjadi bagian integral dalam proses penyusunan buku ini. Karenanya, nikmat Allah yang telah menjadi bagian terpenting dalam proses kreatif yang telah mengejawantah dalam bentuk buku ini, sangatlah patut untuk disyukuri.
Adanya rencana penyusunan buku Ensiklopedi Sejarah Luwu ini pada dasarnya telah terpendam sekian lama. Rencana ini semula muncul ketika penyusun sedang mengumpulkan berbagai data tentang Kerajaan Luwu untuk keperluan penulisan beberapa buku tentang Luwu, utamanya buku tentang Sejarah Pemerintahan di Luwu. Di saat mencari literatur tersebut, penyusun menemukan berbagai catatan penting tentang sejarah Luwu. Saat itulah tiba-tiba muncul keinginan untuk membuat sebuah buku yang dapat merangkum berbagai catatan penting tentang sejarah Luwu tersebut. Ide ini pun kemudian mengalami konvergensi dan akhirnya penyusun menetapkan untuk membuat buku Ensiklopedi Sejarah Luwu.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Ensiklopedia berarti buku (serangkaian buku) yang menghimpun keterangan atau uraian tentang berbagai hal dalam bidang seni dan ilmu pengetahuan, yang disusun menurut abjad atau menurut lingkungan ilmu pengetahuan. Sedang menurut Ensiklopedi Indonesia, Ensiklopedi berarti karya yang menghimpun uraian berbagai cabang ilmu pengetahuan (ensiklopedi umum) atau suatu bidang ilmu pengetahuan tertentu (eksiklopedi khusus); dalam bentuk artikel-artikel terpisah dan tersusun menurut abjad. Kadang-kadang ensiklopedi juga berperan sebagai kamus; disusun secara sistimatis dan menurut abjad.
Dari uraian di atas, maka format penyusunan Sejarah Luwu dalam bentuk ensiklopedi dirasakan cukup tepat. Ensiklopedi adalah format bacaan yang menarik, sebab di dalamnya terdapat sejumlah informasi dan penjelasan mengenai berbagai hal yang disajikan dengan padat.
Akhirnya, keinginan untuk membuat Ensiklopedi Sejarah Luwu tersebut pun terwujud dan terus berjalan hingga beberapa lama. Akan tetapi, karena berbagai kegiatan dan kendala finansial, maka proses penyusunannya berjalan lambat, bahkan cenderung stagnan.
Namun, setelah penyusun dan teman-teman dari Komunitas Kampung Sawerigading (KAMPUS) mengkomunikasikan persoalan tersebut kepada bapak Drs. H.P.A Tenriadjeng, M.Si (Walikota Palopo) pada akhir bulan Juni 2004, maka angin segar pun segera berhembus. Terlebih lagi, dukungan untuk menerbitkan buku ini juga datang dari semua pucuk pimpinan di daerah Luwu Raya. Bapak Drs. H. Basmin Mattayang, M.Pd. (Bupati Luwu), Drs. H.M. Luthfi A. Mutty (Bupati Luwu Utara), dan Drs. H.A. Hatta Marakarma, M.P. (Bupati Luwu Timur) yang memiliki perhatian besar terhadap penelusuran dan penggalian kembali sejarah dan kebudayaan Luwu, juga menyambut baik dan mendukung upaya penyusunan Ensiklopedi Sejarah Luwu ini. Dengan demikian, praktis proses ini berjalan selama 6 bulan dengan pembagian waktu, yakni 2 bulan pengumpulan data, 3 bulan penulisan dan 1 bulan pengeditan, layout, desain cover, pracetak dan cetak.
Walaupun dalam waktu yang sangat sempit tersebut, namun berkat kerjasama yang baik dan kerja keras hampir tanpa mengenal waktu, maka kami dapat merampungkan buku ini tepat pada waktunya (diluncurkan 23 Januari 2005). Penerbitan buku ini tentunya diharapkan dapat menjadi semacam oase di tengah memudarnya gairah masyarakat Luwu, khususnya generasi muda, untuk mengetahui, terlebih mengapresiasikan sejarahnya sendiri. Buku ini juga diharapkan dapat hadir sebagai penambah referensi bagi siapa saja yang berkeinginan untuk menggali kekayaan sejarah Luwu yang mungkin —jika upaya tersebut tidak terus dilakukan—, akan hilang oleh derasnya arus globalisasi.
***
Berbicara mengenai Luwu, maka kita akan menemukan sebuah tatanan kebudayaan dan perjalanan sejarah yang begitu fantastik. Berdasarkan cerita dalam Sureq Galigo, di daerah inilah sebuah peradaban manusia dimulai, yakni dengan diturunkannya La Togeq Langiq, yang dikenal juga dengan nama Batara Guru. Ia adalah manusia pertama dalam dunia mitologi masyarakat Sulawesi Selatan. Benar atau tidaknya, namun hal ini telah menjadi bagian yang sulit untuk dipisahkan dalam konsepsi masyarakat pendukungnya.
Luwu yang berdiri berabad-abad lalu sebagai sebuah wilayah yang otonom (kerajaan), sampai saat ini masih menyimpan banyak kenangan yang bukan hanya tertoreh dalam wilayah kesadaran masyarakat Luwu, tapi juga bagi masyarakat yang telah menganggapnya sebagai bagian dalam diri mereka. Kitab Galigo merupakan salah satu bukti dari kemajuan peradaban Luwu di masa lalu.
Luwu sebagai sebuah wilayah yang otonom, sejak periode Galigo sampai pada periode Lontaraq, telah berperan penting dalam membangun tatanan masyarakat di beberapa wilayah. Berbagai wilayah, utamanya di Sulawesi Selatan bahkan kerap menghubungkan keturunannya atau keberadaan kerajaannya dengan Luwu.
Dengan demikian, dapatlah dikatakan bahwa Luwu merupakan akar kebudayaan yang telah berintegrasi dalam wilayah kesadaran masyarakat pendukungnya. Disadari atau tidak, keagungan dan kearifan sejarah dan kebudayaan Luwu telah menjadi kekuatan tersendiri dalam menyerap dan mentransformasikan berbagai anasir kebudayaan dari luar yang kemudian berintegrasi dalam sebuah harmonisasi budaya.
Meski demikian, kekuatan tersebut dewasa ini telah mengalami reduksi struktural. Bahkan secara horisontal, sejarah terlebih kebudayaan Luwu terus teralienasi dari masyarakatnya sendiri. Kondisi ini semakin diperparah oleh adanya kecenderungan terjadinya proses politisasi sejarah dan kebudayaan. Hal ini tentunya juga akan menjadikan sejarah dan kebudayaan Luwu mengalami keterasingan dari pusat kesadaran masyarakat Luwu sendiri.
***
Upaya untuk terus menggali kekayaan sejarah Luwu tentunya harus terus dilakukan. Sebab cukup banyak fakta sejarah yang bisa dijadikan tolak ukur untuk mengatakan Luwu sejak dahulu merupakan sebuah wilayah yang sangat berpengaruh. Tokoh Sawerigading —seorang pengembara sejagad— dan Sureq Galigo —karya sastra terpanjang di dunia— merupakan dua bukti yang tidak dapat dipungkiri telah memberikan semacam justifikasi historis-kultural bagi kejayaan Luwu di masa lalu.
Buku ini tentulah masih sangat jauh dari yang seharusnya. Masih begitu banyak yang yang harus digali dari perjalanan panjang sejarah Luwu. Sejumlah entri yang terangkum dalam buku ini hanyalah sebagian kecil yang mampu terjaring dalam penelusuran yang selama ini dilakukan.
Selain itu, sejumlah informasi yang terangkum dalam buku ini mungkin juga ada yang masih meragukan validitasnya dan masih perlu diperdebatkan. Tentunya hal itu merupakan sesuatu yang lumrah dalam dunia ilmu pengetahuan. Karenanya, penyusun mencoba merangkum berbagai pendapat tersebut dan menyajikannya dalam buku ini. Meski demikian, sebagai sebuah ensiklopedi, buku ini telah berusaha memenuhi pengertian dasarnya yang telah menghimpun dan menyajikan berbagai data, baik yang tertulis maupun lisan tentang sejarah Luwu yang disusun secara sistimatis dan menurut abjad.
Dengan terbitnya buku ini penyusun ingin mengucapkan terima kasih setulus-tulusnya kepada Bapak Drs. H.P.A Tenriadjeng, M.Si (Walikota Palopo), Bapak Drs. H. Basmin Mattayang, M.Pd. (Bupati Luwu), Bapak Drs. H.M. Luthfi A. Mutty (Bupati Luwu Utara), dan Bapak Drs. H.A. Hatta Marakarma, M.P. (Bupati Luwu Timur), atas segala bantuan moril dan materil selama penyusunan buku ini.
Tak lupa juga, yang lebih utama, penyusun ucapkan terima kasih dan sembah sujud kepada Ibunda Mahniar yang telah rela mengucurkan segala kasih sayangnya dalam membimbing penyusun untuk terus berbuat sesuatu yang positif selama mengarungi perjalanan di dunia ini.
Terima kasih pula kepada Bapak Drs. Suriadi Mappangara, M.Hum (Kepala Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Makassar), Drs. Ahmad Saransi (Kepala Subbidang Pengolahan Arsip Statis Arsip Nasional Sulsel), Drs. Annas Siodja (Ketua Dewan Pendidikan Palopo), Drs. Muchtar Basir (Kepala Dinas Dikpora Palopo), Dr. Nurhayati Rahman, M.Hum (Ketua Divisi Ilmu Sosial dan Humaniora, Pusat Kegiatan Penelitian Universitas Hasanuddin), Safrullah Sanre (Roel Sanre) dan Anis Kaba, serta masih banyak yang tak sempat penyusun sebutkan, yang telah rela meluangkan waktunya untuk berbagi ilmu, sekaligus menjadi teman diskusi. Terkhusus kepada Bapak Suriadi Mappangara, M.Hum, Anis Kaba dan Ahmad Saransi, terima masih atas petunjuk dan buku-bukunya yang telah penyusun manfaatkan untuk menyusun buku ini.
Semua narasumber yang dengan penuh semangat telah membagi ingatan-ingatannya untuk dijadikan bahan perbandingan dan referensi dalam penyusunan buku ini, juga tak lupa penyusun ucapkan terima kasih. Segala kerelaan itu, insya Allah akan menjadi catatan tersendiri dalam perjalanan hidup yang insya Allah akan membawa kita pada sebuah kebaikan.
Kepada teman-teman yang telah banyak membantu selama penyusunan buku ini, utamanya kepada Andi Nur Fitri, Firmansyah dan Ferry Andryawan, semoga segala usaha kita mendapat rahmat dari Allah SWT. Dan semoga apa yang kita lakukan ini, bermanfaat bagi setiap orang yang membacanya. Bukankah berkarya merupakan sesuatu yang begitu bermakna dalam hidup ini?
Tak lupa juga saya ucapkan terima kasih kepada teman-teman di Komunitas Kampung Sawerigading yang terus berupaya menghidupkan penerbitan di Tana Luwu melalui Pustaka Sawerigading-nya, yang telah bersedia menerbitkan hasil penelusuran sederhana ini menjadi sebuah buku yang insya Allah akan bermanfaat bagi masyarakat. Semoga apa yang kita lakukan mendapat rahmat dari Allah SWT. Amin.
Palopo, Januari 2005
IDWAR ANWAR
Ensiklopedi Sejarah Luwu ini merupakan Ensiklopedi pertama dan satu-satunya di Tana Luwu hingga saat ini. Buku ini disusun dalam bentuk ensiklopedi dengan tujuan memudahkan penelusuran jejak sejarah dengan sajian yang padat dan lugas tidak sekaku bentuk buku pada umumnya --tentu tanpa mengurangi penghargaan terhadap rumitnya penyusunan buku sejarah pada umumnya.
Buku ini telah berusaha memenuhi pengertian dasar tentang ensiklopedi sebagai karya yang menghimpun dan menyajikan berbagai data, baik yang tertulis maupun lisan tentang sejarah Luwu yang disusun secara sistemtis menurut abjad dengan memuat lebih dari 600 entri.
Meskipun demikian, buku ini tidak terlepas dari kelemahan manusia pada umumnya, dimana masih terdapat kalimat-kalimat yang tidak menggunakan tanda baca sebagaimana mestinya, yang terkadang mampu mengaburkan makna yang tersimpan di balik sebuah informasi.
Hal ini mungkin perlu dimaklumi, karena dengan keterbatasan waktu (penyusunan hanya berjalan sekitar 6 bulan), sementara begitu bertumpuk data yang mesti dihimpun dan ditata kembali, menjadi tantangan tersendiri.
Ensiklopedi ini selain memuat sejarah Luwu mulai dari diturunkannya Batara Guru hingga peristiwa kecil seperti pembuatan jalan poros Makassar-Palopo, juga memuat bioadata --baik singkat maupun panjang-- tokoh-tokoh Luwu (juga daerah-daerah yang masih menjadi bagian distrik Luwu dahulu) tanpa melihat apakah tokoh tersebut adalah pejuang, pengkhianat, dan selainnya. Sebab menjadi pejuang ataupun pengkhianat, atau papaun namanya, hanyalah persoalan nilai.
Sejarah yang sejati tak akan membuat demarkasi antara dua kenyataan hidup kontras, akan tetapi lebih dari itu, persoalan sejarah adalah persoalan pergulatan niali itu sendiri. Sehingga tak heran, jika satu kurun waktu tertentu misalnya, seorang Kahar Muzakkar menjadi pemberontak, tetapi di waktu yang lain, ia begitu dielu-elukan sebagai pahlawan yang berani menentang tirani yang berkedok nasionalisme.
Akhirnya, kita mungkin masih ingat, seorang filsuf dunia, Epicurus pernah menyatakan bahwa Historia Magistra Vitae (Sejarah adalah Guru kehidupan) dan kepada dewan pambaca sekalianlah, buku ini mendapatkan tempat sebagai jejak langkah tertinggal namun tak terlupakan.
Selamat Membaca!
****
Pengantar Penyusun
Ikatlah ilmu dengan menuliskannya. (Imam Ali bin Abi Thalib,r.a)
Alhamdulillah, puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan segala karunia-Nya, sehingga buku Ensiklopedi Sejarah Luwu ini dapat terbit dan kini ada di tangan pembaca. Berbagai suka duka telah menjadi bagian integral dalam proses penyusunan buku ini. Karenanya, nikmat Allah yang telah menjadi bagian terpenting dalam proses kreatif yang telah mengejawantah dalam bentuk buku ini, sangatlah patut untuk disyukuri.
Adanya rencana penyusunan buku Ensiklopedi Sejarah Luwu ini pada dasarnya telah terpendam sekian lama. Rencana ini semula muncul ketika penyusun sedang mengumpulkan berbagai data tentang Kerajaan Luwu untuk keperluan penulisan beberapa buku tentang Luwu, utamanya buku tentang Sejarah Pemerintahan di Luwu. Di saat mencari literatur tersebut, penyusun menemukan berbagai catatan penting tentang sejarah Luwu. Saat itulah tiba-tiba muncul keinginan untuk membuat sebuah buku yang dapat merangkum berbagai catatan penting tentang sejarah Luwu tersebut. Ide ini pun kemudian mengalami konvergensi dan akhirnya penyusun menetapkan untuk membuat buku Ensiklopedi Sejarah Luwu.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Ensiklopedia berarti buku (serangkaian buku) yang menghimpun keterangan atau uraian tentang berbagai hal dalam bidang seni dan ilmu pengetahuan, yang disusun menurut abjad atau menurut lingkungan ilmu pengetahuan. Sedang menurut Ensiklopedi Indonesia, Ensiklopedi berarti karya yang menghimpun uraian berbagai cabang ilmu pengetahuan (ensiklopedi umum) atau suatu bidang ilmu pengetahuan tertentu (eksiklopedi khusus); dalam bentuk artikel-artikel terpisah dan tersusun menurut abjad. Kadang-kadang ensiklopedi juga berperan sebagai kamus; disusun secara sistimatis dan menurut abjad.
Dari uraian di atas, maka format penyusunan Sejarah Luwu dalam bentuk ensiklopedi dirasakan cukup tepat. Ensiklopedi adalah format bacaan yang menarik, sebab di dalamnya terdapat sejumlah informasi dan penjelasan mengenai berbagai hal yang disajikan dengan padat.
Akhirnya, keinginan untuk membuat Ensiklopedi Sejarah Luwu tersebut pun terwujud dan terus berjalan hingga beberapa lama. Akan tetapi, karena berbagai kegiatan dan kendala finansial, maka proses penyusunannya berjalan lambat, bahkan cenderung stagnan.
Namun, setelah penyusun dan teman-teman dari Komunitas Kampung Sawerigading (KAMPUS) mengkomunikasikan persoalan tersebut kepada bapak Drs. H.P.A Tenriadjeng, M.Si (Walikota Palopo) pada akhir bulan Juni 2004, maka angin segar pun segera berhembus. Terlebih lagi, dukungan untuk menerbitkan buku ini juga datang dari semua pucuk pimpinan di daerah Luwu Raya. Bapak Drs. H. Basmin Mattayang, M.Pd. (Bupati Luwu), Drs. H.M. Luthfi A. Mutty (Bupati Luwu Utara), dan Drs. H.A. Hatta Marakarma, M.P. (Bupati Luwu Timur) yang memiliki perhatian besar terhadap penelusuran dan penggalian kembali sejarah dan kebudayaan Luwu, juga menyambut baik dan mendukung upaya penyusunan Ensiklopedi Sejarah Luwu ini. Dengan demikian, praktis proses ini berjalan selama 6 bulan dengan pembagian waktu, yakni 2 bulan pengumpulan data, 3 bulan penulisan dan 1 bulan pengeditan, layout, desain cover, pracetak dan cetak.
Walaupun dalam waktu yang sangat sempit tersebut, namun berkat kerjasama yang baik dan kerja keras hampir tanpa mengenal waktu, maka kami dapat merampungkan buku ini tepat pada waktunya (diluncurkan 23 Januari 2005). Penerbitan buku ini tentunya diharapkan dapat menjadi semacam oase di tengah memudarnya gairah masyarakat Luwu, khususnya generasi muda, untuk mengetahui, terlebih mengapresiasikan sejarahnya sendiri. Buku ini juga diharapkan dapat hadir sebagai penambah referensi bagi siapa saja yang berkeinginan untuk menggali kekayaan sejarah Luwu yang mungkin —jika upaya tersebut tidak terus dilakukan—, akan hilang oleh derasnya arus globalisasi.
***
Berbicara mengenai Luwu, maka kita akan menemukan sebuah tatanan kebudayaan dan perjalanan sejarah yang begitu fantastik. Berdasarkan cerita dalam Sureq Galigo, di daerah inilah sebuah peradaban manusia dimulai, yakni dengan diturunkannya La Togeq Langiq, yang dikenal juga dengan nama Batara Guru. Ia adalah manusia pertama dalam dunia mitologi masyarakat Sulawesi Selatan. Benar atau tidaknya, namun hal ini telah menjadi bagian yang sulit untuk dipisahkan dalam konsepsi masyarakat pendukungnya.
Luwu yang berdiri berabad-abad lalu sebagai sebuah wilayah yang otonom (kerajaan), sampai saat ini masih menyimpan banyak kenangan yang bukan hanya tertoreh dalam wilayah kesadaran masyarakat Luwu, tapi juga bagi masyarakat yang telah menganggapnya sebagai bagian dalam diri mereka. Kitab Galigo merupakan salah satu bukti dari kemajuan peradaban Luwu di masa lalu.
Luwu sebagai sebuah wilayah yang otonom, sejak periode Galigo sampai pada periode Lontaraq, telah berperan penting dalam membangun tatanan masyarakat di beberapa wilayah. Berbagai wilayah, utamanya di Sulawesi Selatan bahkan kerap menghubungkan keturunannya atau keberadaan kerajaannya dengan Luwu.
Dengan demikian, dapatlah dikatakan bahwa Luwu merupakan akar kebudayaan yang telah berintegrasi dalam wilayah kesadaran masyarakat pendukungnya. Disadari atau tidak, keagungan dan kearifan sejarah dan kebudayaan Luwu telah menjadi kekuatan tersendiri dalam menyerap dan mentransformasikan berbagai anasir kebudayaan dari luar yang kemudian berintegrasi dalam sebuah harmonisasi budaya.
Meski demikian, kekuatan tersebut dewasa ini telah mengalami reduksi struktural. Bahkan secara horisontal, sejarah terlebih kebudayaan Luwu terus teralienasi dari masyarakatnya sendiri. Kondisi ini semakin diperparah oleh adanya kecenderungan terjadinya proses politisasi sejarah dan kebudayaan. Hal ini tentunya juga akan menjadikan sejarah dan kebudayaan Luwu mengalami keterasingan dari pusat kesadaran masyarakat Luwu sendiri.
***
Upaya untuk terus menggali kekayaan sejarah Luwu tentunya harus terus dilakukan. Sebab cukup banyak fakta sejarah yang bisa dijadikan tolak ukur untuk mengatakan Luwu sejak dahulu merupakan sebuah wilayah yang sangat berpengaruh. Tokoh Sawerigading —seorang pengembara sejagad— dan Sureq Galigo —karya sastra terpanjang di dunia— merupakan dua bukti yang tidak dapat dipungkiri telah memberikan semacam justifikasi historis-kultural bagi kejayaan Luwu di masa lalu.
Buku ini tentulah masih sangat jauh dari yang seharusnya. Masih begitu banyak yang yang harus digali dari perjalanan panjang sejarah Luwu. Sejumlah entri yang terangkum dalam buku ini hanyalah sebagian kecil yang mampu terjaring dalam penelusuran yang selama ini dilakukan.
Selain itu, sejumlah informasi yang terangkum dalam buku ini mungkin juga ada yang masih meragukan validitasnya dan masih perlu diperdebatkan. Tentunya hal itu merupakan sesuatu yang lumrah dalam dunia ilmu pengetahuan. Karenanya, penyusun mencoba merangkum berbagai pendapat tersebut dan menyajikannya dalam buku ini. Meski demikian, sebagai sebuah ensiklopedi, buku ini telah berusaha memenuhi pengertian dasarnya yang telah menghimpun dan menyajikan berbagai data, baik yang tertulis maupun lisan tentang sejarah Luwu yang disusun secara sistimatis dan menurut abjad.
Dengan terbitnya buku ini penyusun ingin mengucapkan terima kasih setulus-tulusnya kepada Bapak Drs. H.P.A Tenriadjeng, M.Si (Walikota Palopo), Bapak Drs. H. Basmin Mattayang, M.Pd. (Bupati Luwu), Bapak Drs. H.M. Luthfi A. Mutty (Bupati Luwu Utara), dan Bapak Drs. H.A. Hatta Marakarma, M.P. (Bupati Luwu Timur), atas segala bantuan moril dan materil selama penyusunan buku ini.
Tak lupa juga, yang lebih utama, penyusun ucapkan terima kasih dan sembah sujud kepada Ibunda Mahniar yang telah rela mengucurkan segala kasih sayangnya dalam membimbing penyusun untuk terus berbuat sesuatu yang positif selama mengarungi perjalanan di dunia ini.
Terima kasih pula kepada Bapak Drs. Suriadi Mappangara, M.Hum (Kepala Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Makassar), Drs. Ahmad Saransi (Kepala Subbidang Pengolahan Arsip Statis Arsip Nasional Sulsel), Drs. Annas Siodja (Ketua Dewan Pendidikan Palopo), Drs. Muchtar Basir (Kepala Dinas Dikpora Palopo), Dr. Nurhayati Rahman, M.Hum (Ketua Divisi Ilmu Sosial dan Humaniora, Pusat Kegiatan Penelitian Universitas Hasanuddin), Safrullah Sanre (Roel Sanre) dan Anis Kaba, serta masih banyak yang tak sempat penyusun sebutkan, yang telah rela meluangkan waktunya untuk berbagi ilmu, sekaligus menjadi teman diskusi. Terkhusus kepada Bapak Suriadi Mappangara, M.Hum, Anis Kaba dan Ahmad Saransi, terima masih atas petunjuk dan buku-bukunya yang telah penyusun manfaatkan untuk menyusun buku ini.
Semua narasumber yang dengan penuh semangat telah membagi ingatan-ingatannya untuk dijadikan bahan perbandingan dan referensi dalam penyusunan buku ini, juga tak lupa penyusun ucapkan terima kasih. Segala kerelaan itu, insya Allah akan menjadi catatan tersendiri dalam perjalanan hidup yang insya Allah akan membawa kita pada sebuah kebaikan.
Kepada teman-teman yang telah banyak membantu selama penyusunan buku ini, utamanya kepada Andi Nur Fitri, Firmansyah dan Ferry Andryawan, semoga segala usaha kita mendapat rahmat dari Allah SWT. Dan semoga apa yang kita lakukan ini, bermanfaat bagi setiap orang yang membacanya. Bukankah berkarya merupakan sesuatu yang begitu bermakna dalam hidup ini?
Tak lupa juga saya ucapkan terima kasih kepada teman-teman di Komunitas Kampung Sawerigading yang terus berupaya menghidupkan penerbitan di Tana Luwu melalui Pustaka Sawerigading-nya, yang telah bersedia menerbitkan hasil penelusuran sederhana ini menjadi sebuah buku yang insya Allah akan bermanfaat bagi masyarakat. Semoga apa yang kita lakukan mendapat rahmat dari Allah SWT. Amin.
Palopo, Januari 2005
IDWAR ANWAR
Diskusi