Jejak Suara Rakyat: Menelusuri Sejarah DPRD Kota Palopo

Stok Habis
Gambar Produk 1
Rp 103.500
Ukuran: 14 x 21 cm
Kertas Isi: BookPaper bw
Jumlah: 215 hlm
Sampul: ArtPaper 230 gr
ISBN: 979-98372-9-4
Buku sederhana ini pada dasarnya merupakan bagian dari sebuah kegelisahan penyusunnya terhadap kurangnya minat orang dalam bidang penulisan buku-buku sejarah, utamanya tentang Palopo. Idwar Anwar yang merupakan putra Palopo, merasa terpanggil untuk terus menuliskan apa saja yang pernah dan sedang terjadi di Palopo. Ia ingin menghadirkan gambaran Palopo dari berbagai aspek.

Melalui buku kecil ini, penulis kembali menghadirkan sebuah karya yang mungkin dianggap sepele, namun puluhan tahun yang akan datang tentu sangat berguna bagi penelusuran sejarah Kota Palopo.

Penulis memang sangat jeli menangkap berbagai persoalan yang timbul di Palopo dan mempunyai pandangan jauh ke depan akan pentingnya sebuah data yang akan menjadi bahan referensi bagi generasi berikutnya.

Memunculkan hal-hal kecil dan mungkin dianggap sepele oleh orang, memang merupakan hal yang cukup sulit untuk dilakukan. Di sinilah kelebihan dan komitmen yang dimiliki oleh penulis. Melalui buku ini, penulis ingin melihat dan menangkap gerak perjalanan sejarah pembentukan DPRD Kota Palopo yang kini telah berusia sekitar 6 tahun.

Buku ini memang hanya sebuah catatan kecil dari perjalanan panjang dan begitu banyaknya lika-liku dari proses pembentukan DPRD Kota Palopo. Namun demikian, buku ini diharapkan dapat menjadi salah satu penyumbang referensi bagi penulis sejarah di masa akan datang. Semoga buku ini bermanfaat. Amin.
***

Berbicara mengenai Luwu, maka kita akan menemukan sebuah tatanan kebudayaan dan perjalanan sejarah yang begitu fantastik. Berdasarkan cerita dalam Sureq Galigo, di daerah inilah sebuah peradaban manusia dimulai, yakni dengan diturunkannya La Togeq Langiq, yang dikenal juga dengan nama Batara Guru. Ia adalah manusia pertama dalam dunia mitologi masyarakat Sulawesi Selatan. Benar atau tidaknya, namun hal ini telah menjadi bagian yang sulit untuk dipisahkan dalam konsepsi masyarakat pendukungnya.

Luwu yang berdiri berabad-abad lalu sebagai sebuah wilayah yang otonom (kerajaan), sampai saat ini masih menyimpan banyak kenangan yang bukan hanya tertoreh dalam wilayah kesadaran masyarakat Luwu, tapi juga bagi masyarakat yang telah menganggapnya sebagai bagian dalam diri mereka. Kitab Galigo merupakan salah satu bukti dari kemajuan peradaban Luwu di masa lalu.

Luwu sebagai sebuah wilayah yang otonom, sejak periode Galigo sampai pada periode Lontaraq, telah berperan penting dalam membangun tatanan masyarakat di beberapa wilayah. Berbagai wilayah, utamanya di Sulawesi Selatan bahkan kerap menghubungkan keturunannya atau keberadaan kerajaannya dengan Luwu.

Dengan demikian, dapatlah dikatakan bahwa Luwu merupakan akar kebudayaan yang telah berintegrasi dalam wilayah kesadaran masyarakat pendukungnya. Disadari atau tidak, keagungan dan kearifan sejarah dan kebudayaan Luwu telah menjadi kekuatan tersendiri dalam menyerap dan mentransformasikan berbagai anasir kebudayaan dari luar yang kemudian berintegrasi dalam sebuah harmonisasi budaya.

Meski demikian, kekuatan tersebut dewasa ini telah mengalami reduksi struktural. Bahkan secara horisontal, sejarah terlebih kebudayaan Luwu terus teralienasi dari masyarakatnya sendiri. Kondisi ini semakin diperparah oleh adanya kecenderungan terjadinya proses politisasi sejarah dan kebudayaan. Hal ini tentunya juga akan menjadikan sejarah dan kebudayaan Luwu mengalami keterasingan dari pusat kesadaran masyarakat Luwu sendiri.

ORDER VIA CHAT

Produk : Jejak Suara Rakyat: Menelusuri Sejarah DPRD Kota Palopo

Harga :

https://www.pustakasawerigading.com/2022/10/jejak-suara-rakyat-menelusuri-sejarah-DPRD-kota-palopo.html

ORDER VIA MARKETPLACE

Diskusi