Parabela dan Etos Kerja Nelayan

Gambar Produk 1
Rp 80.000
Ukuran: 14 x 20,5 cm
Kertas Isi: BookPaper bw
Jumlah: 120 hlm ?
Sampul: ArtPaper 230 gr
Alhamdulillah, buku berjudul Parabela dan Etos Kerja Nelayan ini dapat terbit dan kini ada di tangan pembaca. Kehadiran buku ini tentu merupakan bagian yang penting dalam memotret keberadaan Parabela di masyarakat Buton, khususnya masyarakat nelayan Takimpo yang berada di Pasarwajo Kabupaten Buton.

Parabela merupakan pemimpin masyarakat dalam suatu kadie yang sampai saat ini masih memiliki pengaruh yang besar bagi kehidupan masyarakat, khususnya di masyarakat nelayan Takimpo di Pasarwajo, Buton.

Jika merujuk pada pendapat Schoorl (2003:239) yang menyatakan dewan Sara Kadie yang dikepalai oleh Parabela, saat ini dapat disamakan dengan jabatan sultan, maka tentu saja keberadaan keberadaan Parabela sampai saat ini masih menunjukkan kedudukannya yang penting dalam masyarakat Buton. Terutama dalam pelaksanaan acara-acara, seperti kelahiran, kematian, pertunangan, perkawinan dan pesta panen.

Pentingnya kedudukan Parabela dalam kehidupan masyarakat membuat banyak peneliti yang tertarik untuk meneliti dan mengkaji lebih dalam, salah satunya melalui buku yang ditulis Rahayu Salam ini. Buku ini mengurai kedudukan dan peran-peran yang dilakukan parabela dalam kehidupan masyarakat, khususnya masyarakat nelayan yang berada di Tokompo, Pasarwajo, Kabupaten Buton.

Uraian dalam buku ini difokuskan pada peran Parabela dalam meningkatkan etos kerja masyarakat nelayan.

Dengan terbitnya buku ini, diharapkan mampu menjadi pengaya referensi dan wawasan bagi siapa saja yang ingin mengetahui tentang kedudukan dan peran Parabela dalam kehidupan masyarakat nelayan. Semoga buku ini bermanfaat. Selamat membaca!

PENERBIT

***

Pengantar Penulis

Dengan memanjatkan do’a dan syukur kehadirat Allah SWT, rahmat dan hidayahNya, semuanya tidak terlepas dari genggaman-Nya, karena itu dengan kerendahan hati, penulis berupaya sedapat mungkin menyelesaikan buku ini yang berjudul “Parabela dan Etos Kerja Nelayan” ini.

Dalam merampungkan buku ini, berbagai kendala penulis hadapi. Namun itu menjadi bahagian pembentukan diri dari sebuah proses ketabahan, baik yang sifatnya pribadi maupun bersifat konseptual yang hampir menyita waktu dalam menyurutkan setiap langka penulis.

Dari fenomena tersebut, penulis menyadari bahwa buku ini bukanlah karya yang sempurna, baik itu dari segi metodelogi penulisan maupun dari segi kontennya. Untuk itu segala bentuk usulan, saran dan kritikan akan diterimah dengan penuh kearifan.

Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan rasa hormat dan menghaturkan banyak terimah kasih yang sebesar-besamya, khususnya kepada :

1. Segenap informan saya, tokoh adat (Parabela dan Mantan Parabela), tokoh agama, nelayan, dan tokoh pemuda di Kelurahan Takimpo yang telah membantu dan bersedia memberikan informasi selama saya melakukan penelitian.

2. Aparat Pemerintah Kabupaten Buton, Kecamatan Pasarwajo dan Kelurahan Takimpo yang telah memberikan rekomendasi dan izin sehingga saya bisa melakukan penelitian.

3. Kepala Balai Pelestarian Nilai Budaya Sulawesi Selatan yang mendukung penuh sejak dari proses penyusunan proposal hingga selesainya penelitian dan bisa diterbitkan dalam bentuk buku.

4. Pihak pembimbing dan editor yang bersedia meluangkan waktunya untuk kebaikan naskah buku ini sejak penyusunan proposal hingga terbitnya buku ini.

5. Segenap teman-teman peneliti Balai Pelestarian Nilai Budaya Sulawesi Selatan yang memberikan bantuan masukan dan kritikan sehingga buku ini dapat terselesaikan.

6. Seluruh pihak yang langsung maupun tidak langsung memberikan bantuan sehingga buku ini dapat terselesaikan.

Dengan keterbatasan pengalaman, pengetahuan maupun pustaka, penulis menyadari bahwa buku ini masih banyak kekurangan dan perlu pengembangan lebih lanjut agar benar-benar bermanfaat. Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran, agar disertasi ini lebih sempurna sebagai masukan bagi penulis untuk penelitian dan penulisan karya ilmiah di masa yang akan datang.

Akhir kata, penulis berharap buku ini memberikan manfaat bagi kita semua, terutama dalam pengembangan pengetahuan sosial dan kearifan lokal (local wisdom) yang bisa terselamatkan untuk generasi yang akan datang.

Makassar, 20 November 2017

RAHAYU SALAM

***

Pengantar Editor

Tradisi maritim orang Buton hingga kini merupakan kekuatan budaya yang penting dikaji, tidak hanya karena latar historisnya, tetapi juga dapat menjadi sumber nilai kehidupan bagi mereka dalam menata masa depannya. Tradisi ini telah melampau berbagai zaman dan generasi, dengan segala tantangannya, telah mengukuhkan orang Buton sebagai suku bangsa bahari Indonesia, bersama dengan suku bangsa lainnya yakni Bajo, Bugis, Makassar, Mandar, dan Madura (Horridge, 1986). Kehadiran studi ini menjadi khasanah baru dalam dunia kemaritiman khususnya aktifitas penangkapan ikan dan etos kerja nelayan yang dikaitkan dengan kelembagaan lokal. Berbagai penelitian yang fokus pada kelembagaan lokal serta kepemimpinan tradisional dalam menjalankan fungsi di berbagai bidang kehidupan di pedesaan, masih sangat jarang yang mengaitkan dengan etos kerja masyarakat pedesaan khususnya nelayan. Aspek ini sangat penting karena kelembagaan lokal tidaklah berfungsi secara tunggal melainkan terkait dengan kelembagaan lain. Begitupula kelembagaan tradisional tidak akan eksis apabila tidak fungsional lagi dalam kehidupan masyarakat saat ini. Studi ini fokus pada kelembagaan lokal (parabela) yang mendorong pembangunan kemaritiman (kenelayanan) berkelanjutan di Kabupaten Buton.

Parabela adalah kelembagaan lokal di Buton yang sudah ada sejak masa Kesultanan Buton dan masih fungsional hingga saat ini. Parabela berperan mengatur norma dan kehidupan sosial kemasyarakatan ke arah yang lebih baik. Dalam bidang kemaritiman, parabela bertugas mengelola secara penuh pembangunan kelautan agar sumberdaya bisa bertahan dan berlangsung lama yang bisa dimanfaatkan oleh generasi secara berkelanjutan. Dalam tatanan masyarakat Buton, parabela mengimplemtasikan fungsi dan orientasi jangka panjang yang juga diartikan sebagai upaya untuk menghindari pengaruh budaya yang bisa merusak tatanan masyarakat lokal.

Buku tentang peran parabela dalam peningkatan etos kerja nelayan di Takimpo Kabupaten Buton ini menarik dan berkontribusi untuk banyak hal. Pertama tentu saja bersumbangsih pada pengayaan pengetahuan tentang hal-hal yang terkait dengan dunia kenelayanan itu sendiri seperti masalah yang dihadapi dan etos kerja sebagai upaya menanggulangi serta takkala pentingnya collaborative antara lembaga dan aktifitas kenelayanan. Kedua, dengan berefleksi padadunia kenelayanan mereka, kita bisa melihat bagi orang Buton laut adalah bagian dari hidup mereka, bahkan bagian yang paling penting dalam hidup mereka. Dengan itu, bagi orang Buton, laut adalah suatu hal yang harus dikuasai tetapi juga dipelihara. Itulah yang disiratkan dari keseluruhan dunia kenelayanan mereka. Ketiga, kebudayaan maritim orang Buton, seperti direfleksikan pada dunia pelayaran mereka, adalah kebudayaan yang holistik. Meskipun dunia laut adalah paling penting, tetapi mereka tidak juga meninggalkan daratan. Mereka sangat perhatian dan patuh terhadap adat dan tokoh-tokoh yang dituakan dalam berbagai aktifitas sehari-hari.

Terakhir, meskipun kita tidak bisa menganggap buku ini telah secara komprehensif membahas dunia kenelayanan dan lembaga adat orang Buton, tetapi apa yang disuguhkannya akan membuka kita pada pintu gerbang cakrawala dunia kehidupan nelayan. Buku ini bisa dipakai sebagai jalan awal untuk menapaki dunia nelayan tradisional di Indonesia. Secara praktis, seperti telah disinggung terdahulu, selayaknya pengetahuan yang disodorkan buku ini menjadi bahan yang baik untuk membantu pengembangan pilar Poros Maritim yang sedang digalakan Pemerintah Indonesia.

Makassar, 25 November 2017

DR. TASRIFIN TAHARA, M.SI

ORDER VIA CHAT

Produk : Parabela dan Etos Kerja Nelayan

Harga :

https://www.pustakasawerigading.com/2022/10/parabela-dan-etos-kerja-nelayan.html

ORDER VIA MARKETPLACE

Diskusi